Selasa, 08 November 2022

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

Assalamualaikum Wr Wb.

    Perkenalkan, nama saya Kasiatun, S.Pd. Saya adalah calon guru penggerak angkatan 5 dari SDN 006 Pompa Air Kec. Bandar Petalangan Kab, Pelalawan, Riau. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.

    Seperti yang kita ketahui, Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan, seperti misalnya semboyan yang dikenal dengan Trilogi Pendidikan yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani sedikit banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran pendidikan di Indonesia sejak dulu hingga kini. Dalam membuat kesimpulan kali ini saya mencoba berangkat dari pertanyaan-pertanyaan pemantik berikut ini:

1.    Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

    Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

·         Pengajaran itu sama dengan pendidikan

·         Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran.

     Bagi saya, Sebagai guru harus mampu mentransfer ilmu kepada peserta didik saya secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab). Saya menganggap siswa tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan. Lebih tepatnya pembelajaran saya masih bersifat teacher center.

·         Peserta didik dikatakan telah belajar jika mereka bisa mengerjakan soal asesmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta nilainya mampu melampaui KKM.

·         Kegiatan belajar selalu dilaksanakan di dalam kelas

·         Memberikan tugas yang seragam tanpa mempertimbangkan keragaman potensi maupun karakteristik peserta didik.

·         Pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik

 

2.    Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

     Ada banyak hal yang saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara melalui modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara ini. Konsep-konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pemikiran saya tentang pendidikan. Pengajaran ternyata tidak sama dengan pendidikan. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

     Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Dalam menuntun kita dapat mengibaratkan diri kita sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih jagung). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman jagung dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya jagung. Misalnya kita tidak bisa memaksa jagung itu tumbuh seperti padi.

     Sebagai seorang pendidik kita harus terbuka, namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pegunungan akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pesisir pantai. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)

     Menurut KHD ada 3 prinsip untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas Trikon, diantaranya yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas maksudnya adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Konvergensi maksudnya adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita. Dan yang terakhir adalah konsentris maksudnya adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pembelajar. Jadi jelas sekali terlihat bahwa pendidikan itu memerdekakan.

     Tujuan pendidikan utama yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, saya dan kita semua berharap bahwa anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik.

 

3.    Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

     Hal-hal yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut:

      Pertama, saya harus mengubah mindset saya yang tadinya berfikir bahwa anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum tahu apa-apa, saya harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun masih terlihat samar. Sehingga tugas saya adalah menebalkan laku baik mereka dan menyamarkan laku buruknya. Saya harus bisa peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan ajar bisa betul-betul menggali potensi anak seoptimal mungkin sehingga akan menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal pula nantinya.

     Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran. Selain permainan itu menyenangkan, kita juga bisa menyelipkan nasehat-nasehat maupun menanamkan berbagai karakter baik pada permainan tersebut. Kita bisa memilih permainan tradisional yang sudah menjadi budaya di lingkungan peserta didik tersebut supaya membuat mereka bersemangat dalam pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata, petak umpet, bermain kartu ketika pembelajaran berlangsung.

     Ketiga, saya harus mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada anak. Memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting bagi saya untuk memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar anak tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, melalui pembelajaran yang berpusat pada anak saya berharap bisa mengasah keterampilan abad 21 mereka secara optimal .

     Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya anak yang tidak hanya kompeten dari segi akademis, tetapi juga berbudi pekerti yang baik, saya sebagai guru selain memberikan wejangan, harus bisa juga memberikan teladan yang baik. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tetapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan tersendiri bagi saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru dalam masyarakat.

     Yang terakhir, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, dari depan saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, dan Ing Madya Mangun Karsa, di tengah saya bisa jadi teman yang senantiasa memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat untuk belajar terus menerus.

Demikian pemaparan saya, mohon maaf jika ada salah kata. Bilahi taufiq walhidayah. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar