1.1.a.8. Koneksi Antar Materi –
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1
Assalamualaikum Wr Wb.
Perkenalkan, nama saya Kasiatun, S.Pd. Saya adalah calon guru penggerak
angkatan 5 dari SDN 006 Pompa Air Kec. Bandar Petalangan Kab, Pelalawan, Riau.
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap
materi modul 1.1 tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Seperti yang kita ketahui, Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan
Indonesia yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Pemikiran-pemikiran beliau
tentang pendidikan, seperti misalnya semboyan yang dikenal dengan Trilogi
Pendidikan yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
Tut Wuri Handayani sedikit banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran
pendidikan di Indonesia sejak dulu hingga kini. Dalam membuat kesimpulan kali
ini saya mencoba berangkat dari pertanyaan-pertanyaan pemantik berikut ini:
1.
Apa yang Anda percaya tentang murid
dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan
Nasional – Ki Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
·
Pengajaran itu sama dengan pendidikan
·
Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran.
Bagi saya, Sebagai guru harus mampu mentransfer ilmu kepada peserta
didik saya secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab). Saya menganggap
siswa tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan. Lebih tepatnya
pembelajaran saya masih bersifat teacher center.
·
Peserta didik dikatakan telah belajar jika mereka bisa mengerjakan
soal asesmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta
nilainya mampu melampaui KKM.
·
Kegiatan belajar selalu dilaksanakan di dalam kelas
·
Memberikan tugas yang seragam tanpa mempertimbangkan keragaman
potensi maupun karakteristik peserta didik.
·
Pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah
perilaku mereka ke arah yang lebih baik
2.
Apa yang berubah dari pemikiran atau
perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Ada banyak hal yang saya pelajari
tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara melalui modul 1.1 Refleksi
Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara ini. Konsep-konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap
pemikiran saya tentang pendidikan. Pengajaran ternyata tidak sama dengan
pendidikan. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari
pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara
memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin.
Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita
sebagai kaum pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup,
sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita seorang
pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat
itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
Dalam menuntun kita dapat mengibaratkan diri kita sebagai petani, dan anak-anak
yang kita didik sebagai benih (misalnya benih jagung). Kita sebagai pendidik
hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi
tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat
atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman jagung dan lain sebagainya,
tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya jagung. Misalnya kita tidak bisa
memaksa jagung itu tumbuh seperti padi.
Sebagai seorang pendidik kita harus terbuka, namun tetap waspada
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah kertas
kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa tetapi anak
sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pegunungan akan
beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pesisir pantai. Mereka akan memiliki
potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap
anak itu beragam dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman
berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran
atau pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative,
critical thinking, collaboration, communication)
Menurut KHD ada 3 prinsip untuk melakukan perubahan atau sering disebut
3 asas Trikon, diantaranya yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan konsentris.
Kontinuitas maksudnya adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita
tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Konvergensi
maksudnya adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai
kemanusiaan kita. Dan yang terakhir adalah konsentris maksudnya adalah
pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pembelajar. Jadi jelas
sekali terlihat bahwa pendidikan itu memerdekakan.
Tujuan pendidikan utama yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana
pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’
atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Orang yang mempunyai
kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai
ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti
bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah
membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau
karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak
atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, saya dan kita
semua berharap bahwa anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi
sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik.
3.
Apa yang dapat segera Anda terapkan
lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal-hal yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya
mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut:
Pertama, saya harus mengubah mindset saya yang tadinya berfikir bahwa
anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum tahu apa-apa, saya
harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan
potensinya masing-masing, meskipun masih terlihat samar. Sehingga tugas saya
adalah menebalkan laku baik mereka dan menyamarkan laku buruknya. Saya harus
bisa peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar
pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan
ajar bisa betul-betul menggali potensi anak seoptimal mungkin sehingga akan
menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal pula nantinya.
Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini
sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan
asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran. Selain permainan itu
menyenangkan, kita juga bisa menyelipkan nasehat-nasehat maupun menanamkan
berbagai karakter baik pada permainan tersebut. Kita bisa memilih permainan
tradisional yang sudah menjadi budaya di lingkungan peserta didik tersebut
supaya membuat mereka bersemangat dalam pembelajaran. Misalnya dengan melakukan
permainan tebak kata, petak umpet, bermain kartu ketika pembelajaran
berlangsung.
Ketiga, saya harus mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada anak.
Memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar anak mampu
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik,
menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting
bagi saya untuk memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar
anak tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, melalui pembelajaran yang
berpusat pada anak saya berharap bisa mengasah keterampilan abad 21 mereka
secara optimal .
Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya
anak yang tidak hanya kompeten dari segi akademis, tetapi juga berbudi pekerti yang
baik, saya sebagai guru selain memberikan wejangan, harus bisa juga memberikan
teladan yang baik. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tetapi
harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan.
Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa
jadi tantangan tersendiri bagi saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten
memberikan keteladanan yang baik. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru
dalam masyarakat.
Yang terakhir, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Ki Hajar
Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, dari depan saya bisa
memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, dan Ing Madya Mangun
Karsa, di tengah saya bisa jadi teman yang senantiasa memberikan
semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan
dorongan moral serta semangat untuk belajar terus menerus.
Demikian pemaparan saya, mohon maaf jika ada salah kata. Bilahi taufiq walhidayah. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar